Menjadi Reviewer Jurnal = Refreshing Mahasiswa S3 ?

      No Comments on Menjadi Reviewer Jurnal = Refreshing Mahasiswa S3 ?

Email masuk di Inbox pagi ini :

“Baik Bapak, hasil review sudah kami terima dengan sangat baik. Kami ucapkan terima kasih banyak telah membantu kami, semoga di naskah selanjutnya Bapak masih berkenan membantu kami kembali. Terima kasih.”

 

(Sumber gambar: be.linkedin.com)

 

Menjadi reviewer atau mitra bestari jurnal bisa menjadi “refreshing” bagi mahasiswa S3 seperti saya. Kita serasa keluar sejenak dari rutinitas “ndisertasi” (istilah Bahasa Jawa untuk mengerjakan proposal disertasi ^,^) dengan topik yang spesifik, kepada topik calon artikel jurnal yang lebih beragam.

Selain itu, menjadi reviewer/mitra bestari tidak serumit menjadi editor karena peran kita lebih cenderung untuk memeriksa aspek keilmiahan calon artikel jurnal, ditinjau dari kedalaman materi dan originalitasnya. Tujuan utama review adalah untuk memberi informasi yang diperlukan oleh editor untuk mengambil keputusan. Hasil review juga dapat digunakan oleh penulis sebagai bahan masukan untuk memperkuat bagian-bagian dalam artikelnya yang memungkinkan artikel tersebut dapat diterima (accepted) oleh editor.

Ok gitu aja.
Qoutes hari ini : “Do something today that your future self will thank you for.
Semangat pagi!

 

————–


Muhammad Fauzan
Selasa, 11 Oktober 2022 (10.29 WIB)

Menjadi PhD Candidate

      No Comments on Menjadi PhD Candidate

Kemarin, hari Kamis 15 September 2022, jam 10.52 pagi menjelang siang. Masuk chat WA dari Kang Johan, staf sekretariat Program Studi S3 Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) IPB, berbunyi :

“Assalamu’alaikum.. Bapak maaf ganggu, hasil dari ujian prelim bpk alhamdulillah Lulus. Selamat ya pak..”

Seketika dunia ngefreeze. Gak tau mau jawab apa. Seneng banget, bahagia, dan pengen nangis. Teringat perjuangan belajar dari nol untuk subject Advanced Microeconomics dan Advanced Macroeconomics, selama hampir 10 bulan (2 semester), rasanya terbayar lunas.

Alhamdulillahi robbil ‘alamin.
Rezeki tidak pernah salah alamat atau tertukar.

 

 

————–

I passed the PhD qualifying exams which is the most stressful stage for me, in my first try. Now I can start writing my thesis.

(Sumber gambar: pinterest.com)

 

————–

Pagi ini, Jum’at 16 September 2022, saya main ke sekretariat Prodi S3 EPN, bertemu Kang Johan dan staf prodi lainnya. Tak terduga, saya mendapat ucapan selamat dari staf prodi dan beberapa dosen yang kebetulan sedang berada di sekretariat prodi. Ucapan salah seorang dosen :

“Selamat ya Pak, sudah resmi jadi PhD Candidate. Segera gaspol untuk disertasinya dan cepat lulus.”
“Alhamdulillah, matur nuwun. Insya Allah.”

Hari ini saya juga mendapatkan penjelasan dari Prof. Yusman, Kaprodi kami, bahwa ternyata beberapa teman masih belum lulus ujian prelim, dan harus mengulang ujian prelim secara lisan pekan depan.
Ya, ujian prelim lisan dihadapan 4 professor pembuat soal. Secara tatap muka, offline.

Ya Allah, semoga teman-teman semua diberikan kemudahan dan kelancaran saat ujian nanti.
Aamiin allahumma aamiin.

 

————–

Barangkali ada yang bertanya, Ujian Prelim (in English : PhD Qualifying Exam) itu apa sih ?
(Karena tidak semua program doktoral [S3] di Indonesia memakai sistem ujian prelim [PhD Qualifying Exam/Ujian Kualifikasi Doktor] dalam tahapan pendidikannya)

Menurut Kuntjoro (1985), Program Studi Ilmu Ekonorni Pertanian (EPN) IPB University telah melaksanakan ujian Prelim sejak tahun 1979/1980. Setiap peserta program pendidikan S3 diharuskan mengikuti ujian prelim sebelum memulai penelitiannya. Mereka yang dapat melakukan ujian prelim harus memenuhi persyaratan mengikuti kuliah dan ujian mata kuliah wajib dan pilihan program pendidikan S3 Prodi EPN, yang diikuti selama dua semester. Periode ujian prelim diselenggarakan dua kali dalam setahun, yaitu pertama Maret/April atau selambar-lambatnya Juni dan kedua September/Oktober atau paling lambat Desernber. Pengaturan jadwal periode tersebut tergantung pula pada saat selesainya perkuliahan dan ujian program pendidikan S3.

Setiap mahasiswa yang telah merasa siap untuk mengikuti ujian prelim dapat mendaftarkan sebagai peserta ujian prelim pada Ketua Prodi EPN. Pelaksanaan ujian prelim diatur dan diselenggarakan oleh Ketua Prodi EPN bersama dengan Koordinator Komisi Penguji. Berdasarkan hasil ujian prelim, dapat dianggap apakah mahasiswa yang bersangkutan mampu melanjutkan program pendidikan S3, terutama dalam analisis dan penulisan disertasi doktor. Dengan demikian diharapkan melalui ujian prelim dapat menjamin mutu kemandirian lulusan S3 sesuai dengan perkembangan ilmu dan tuntutan kemampuan analisis yang terampil dan komprehensif. Setiap mahasiswa diberi kesempatan mengikuti ujian prelim sebanyak-banyaknya dua kali. Apabila seorang mahasiswa telah diberi kesempatan ujian dua kali ternyata tidak lulus, maka dinyatakan tidak dapat melanjutkan program pendidikan S3 di Prodi EPN.

Bentuk Ujian ?

Masih menurut Kuntjoro (1985), semingu sebelum ujian dimulai diberi kesempatan pertemuan antara komisi penguji dengan para peserta. Di sini, para peserta memperoleh penjelasan-penjelasan yang berhubungan dengan pelaksanaan dan tara cara ujian prelim. Hal ini dirasakan perlu untuk lebih mengenalkan ujian prelim bagi peserta sebelum ujian dimulai. Ujian prelim dilaksanakan secara tertulis kemudian disusul dengan ujian secara lisan.

Lamanya ujian tertulis diberi batas waktu 3 jam. Ujian ini meliputi bahan-bahan yang menyangkut semua aspek yang termasuk bidang pokok ekonomi pertanian dan teori-teori ekonomi mikro dan makro. Setiap peserta ujian prelim berkewajiban menjawab semua soal yang diberikan, biasanya 3 sampai 4 soal. Dari hasil ujian tertulis peserta dapat dinyatakan lulus langsung atau harus mengkuti ujian lisan.

Ujian secara lisan dilakukan sebagai pelengkap atau tambahan penilaian dari ujian tertulis. Ujian ini dilakukan secara perorangan menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari komisi penguji selama 1-2 jam. Kesempatan ujian prelim secara lisan diberikan kepada peserta setelah hasil ujian secara tertulis dinilai hampir lulus, akan tetapi masih perlu penjelasan lebih lanjut. Dari hasil ujian secara lisan diperoleh tambahan penilaian terhadap hasil ujian secara tertulis untuk dapat dinyatakan peserta itu lulus atau tidak lulus.

Penilaian Ujian ?

Masih menurut Kuntjoro (1985), dalam menjawab soal-soal ujian secara tertulis, peserta harus mampu mengemukakan penguasaan ilmu secara komprehensif. Ia harus mampu merumuskan kerangka pemikiran pendekatan yang baik, menyatakan asumsi-asumsi yang menyertainya, membuat hubungan antara berbagai variabel dan menggunakan logika dalam analisis.

Pemeriksaan jawaban setiap peserta dilakukan oleh anggota komisi penguji. Waktu yang disediakan untuk memberi penilaian itu selama 3-4 minggu. Kemudian sebulan setelah ujian tertulis diadakan rapat komisi penguji untuk menentukan nilai rata-rata peserta.

Di dalam penilaian ujian prelim, setiap anggota komisi penguji mempunyai hak penuh untuk menilai setiap jawaban soal ujian yang dibuat peserta. Setiap jawaban yang dibuat peserta dinyatakan lulus, paling sedikit mendapat nilai B. Hasil rata-rata dari masing-masing penilaian oleh anggota komisi penguji didiskusikan untuk memperoleh kesepakatan nilai rata-rata keseluruhan dari peserta.

Hasil akhir yang merupakan penentuan kelulusan seorang peserta sudah merupakan kata sepakat yang disetujui oleh semua anggota komisi. Hasil yang diumumkan sebagai kuputusan terakhir bagi seorang peserta dapat dinyatakan dengan: lulus, lulus dengan syarat dan tidak lulus. Mereka yang dinyatakan lulus dengan syarat dapat dikenakan tugas penulisan ilmiah sebuah makalah yang harus diserahkan dalarn jangka waktu satu bulan. Apabila tidak dapat dipenuhi persyaratan tersebut berakibat peserta tersebut dinyatakan tidak lulus. Bagi mereka yang tidak lulus masih diberi kesempatan untuk mengikuti ujian prelim sekali lagi pada periode berikutnya.

 

————–


Muhammad Fauzan
Jum’at, 16 September 2022
21.41 WIB

Ada Apa Sebelum Big Bang?

      No Comments on Ada Apa Sebelum Big Bang?

Ada apa sebelum Big Bang?
Apa yang ada di dunia atau semesta ini sebelum Big Bang? 

Berulang kali saya menemukan pertanyaan singkat ini diberbagai buku, postingan web, tweet, ataupun video youtube.

Jawaban paling sederhananya adalah “tidak ada waktu” sebelum Big Bang, karena Big Bang menandai kelahiran ruang sekaligus waktu. Timeline alam semesta kita dimulai dari sana. Pada saat itulah Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan dunia kita ini.

————–


Muhammad Fauzan
Jum’at, 16 September 2022
19.59 WIB

Mengapa Tangan Kita Tidak Bisa Menembus Dinding?

      No Comments on Mengapa Tangan Kita Tidak Bisa Menembus Dinding?

Dalam percakapan santai tentang fisika atom, ada pertanyaan menggelitik :

Mengapa tangan kita tidak bisa menembus dinding?
Atau, jika kita menghantamkan tangan ke meja padat, mengapa tangan kita tidak bisa menembus meja itu?

Jelas, jawabannya karena tangan dan meja adalah sama-sama benda padat.

Namun, di tingkat atom, zat hampir seluruhnya merupakan ruang kosong (awan elektron renggang yang mengelilingi inti kecil) sehingga terdapat banyak ruang bagi atom-atom penyusun tangan kita untuk menembus atom-atom meja tanpa persentuhan zat fisik. Tangan tidak menembus meja karena gaya elektromagnetik antar-elektron di atom-atom tangan serta atom-atom meja yang saling tolak-menolak sembari menimbulkan resistensi yang kita anggap sebagai kepadatan.

————–


Muhammad Fauzan
Rabu, 14 September 2022
17.48 WIB

Jangan Membuat Masalah Kecil Menjadi Masalah Besar – [Catatan dari Buku Richard Carlson]

Kali ini saya akan menuliskan catatan singkat saya dari buku Don’t Sweat The Small Stuff and It’s All Small Stuff karya Richard Carlson, Ph.D.

#1 Begitu banyak orang yang menghabiskan energi untuk “memusingkan hal-hal kecil” sehingga mereka benar-benar kehilangan sentuhan akan keajaiban dan keindahan hidup ini.

#2 Berdamailah dengan ketidaksempurnaan. Begitu Anda berhasil menghilangkan keinginan untuk menjadi sempurna dalam segala bidang kehidupan, Anda akan menemukan keindahan dalam hidup Anda.

#3 Hilangkan pikiran bahwa orang yang santai dan lemah lembut tidak dapat meraih prestasi tinggi.

#4 Berhati-hatilah pada efek bola salju pikiran anda. [It’s a damn liar!]

#5 Ingatkan diri anda bahwa bila anda mati, daftar tugas anda tak akan pernah kosong. Dan tahukah anda? Orang lainlah yang akan menyelesaikannya! Jadi, nikmatilah hidup dan proses yang berjalan didalamnya.

#6 Jangan menginterupsi atau memotong kalimat orang lain, dan lihatlah keajaban yang terjadi!

#7 Walaupun semua tingkah laku baik hati pasti sangat menyenangkan, justru luar biasa menyenangkan bila kita melakukannya dengan tidak menceritakannya kepada siapa-siapa.

#8 Biarkan orang lain menikmati rasa bangganya. Tahan lidah dan egomu untuk mengatakan sesuatu tentang dirimu (misalnya berkata “Aku juga pernah begitu“). Berusahalah untuk berkata “Hebat lu bro!” atau “Trus gimana?”, dan semua akan menjadi lebih santai dan lebih indah.

#9 Bayangkan setiap orang sudah mendapat pencerahan kecuali Anda. Tugas kita adalah berusaha mengetahui apa yang hendak diajarkan orang-orang dalam hidup kita. Ketika kita mendapati sesuatu yang tidak menyenangkan hati, daripada frustasi, lebih baik bertanyalah kepada diri sendiri, “Apa yang hendak diajarkannya kepadaku?”. Belajar bersabar, belajar lebih peduli, atau hal-hal lainnya.

#10 Beri kesempatan kepada orang lain untuk mengklaim dirinya “benar”. Sebagian besar diantara kita membuang banyak waktu dan energi untuk membuktikan/menunjukkan bahwa kitalah yang benar dan orang lain yang salah. Kebanyakan orang percaya bahwa tugas kitalah untuk memperlihatkan kepada khalayak bahwa orang lain salah. Dan dengan berbuat begitu, orang yang kita koreksi itu akan menghargai kita atau, paling tidak, akan belajar sesuatu dari kita. Dan itu, salah besar!

#11 Jadilah pihak yang lebih dulu melakukan pendekatan. Cara untuk menjadi bahagia adalah membiarkan masalah berlalu, dan mulai berbicara lebih dahulu. Biarkan orang lain menjadi benar. Ini tidak berarti kita bersalah. Semua akan baik-baik saja.

#12 Terimalah kenyataan bahwa hidup ini memang tidak adil. Salah satu kesalahan yang sering kita lakukan adalah merasa kasihan pada diri sendiri, atau pada orang lain, berpikir bahwa hidup ini seharusnya adil atau suatu hari nanti hidup di dunia ini pasti adil.

#13 Jangan lupa bahwa, “Hidup bukanlah keadaan gawat darurat”. Hidup ini akan terus berlangsung walaupun ada hal-hal yang berjalan tidak sesuai rencana. [So, kalem aja bos!]

#14 Luangkan waktu untuk berdiam diri setiap hari. Walau hanya 5-10 menit. Lakukanlah!

#15 Pilihlah pertempuran Anda dengan bijaksana. Karena kebanyakan pertempuran akan menjauhkan kita dari perasaan tenang.

#16 Penerimaan atau penolakan itu sama. Ketika kita merasa baik-baik saja dengan suatu penerimaan, kenapa kita perlu marah dengan penolakan?

 

Ada dua kaidah hidup tenang : #1. Don’t sweat the small stuff (Jangan memusingkan hal-hal kecil), dan #2 It’s all small stuff (Semua masalah cuma masalah kecil).
(Richard Carlson)

 

————–


Muhammad Fauzan
Senin, 29 Agustus 2022
22.23 WIB

6 Tahapan Membaca Literatur Akademis, Kamu di Posisi Mana?

Setelah menyelesaikan Ujian Kualifikasi Doktor (Doctoral Qualifying Exam*) di pertengahan Juli 2022 ini, sambil menunggu hasilnya, saya harus bersiap menuju tahapan panjang berikutnya yaitu developing my literature review. Tahap ini setidaknya memerlukan 2 pekerjaan besar di awal, yaitu : (1) mencari referensi terkait topik penelitian kita sebanyak mungkin, dan (2) you should read both broadly and deeply. You need to gain an understanding of your research topic in depth, so you should study the references that are important in your field in a detailed way.

Wadidaw jiwa!

Terkait poin nomor (2) diatas, ada hal yang menarik, seperti yang disampaikan oleh Eva O.L. Lantsoght dalam bukunya yang keren: The A-Z of the PhD Trajectory A Practical Guide for a Successful Journey (2018) bahwa ada berbagai cara didalam kita membaca literatur akademis. Hal ini bergantung pada sejauh mana pengalaman kita berinteraksi dengan literatur akademis itu sendiri. Si penulis buku membaginya menjadi enam pendekatan atau enam tahapan dalam membaca academic literature :

  1. The novice (Pemula): The novice has just started to explore the scientific literature on a certain topic, or is perhaps even completely new to reading technical papers at all. Sebagai pemula, kita mungkin akan menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk mengerjakan makalah pertama tentang topik penelitian kita. Kita membaca dan terus membacanya berulang hampir setiap kalimat, dan mungkin masih merasa tidak sepenuhnya paham tentang isinya. Duh!
    Biasanya sih akan terlintas pikiran : Kita ragu apakah kita sebenarnya memenuhi syarat untuk melakukan penelitian tentang topik ini. Tapi tenang aja, itu adalah hal yang wajar. Hold on tight, keep working, keep scribbling down notes, and see where it takes you.
  2. The apprentice (Magang): Setelah menjadi pemula untuk sementara waktu, kita akan mencapai titik di mana kita akhirnya mulai memahami topik penelitian dan mempelajari konsepnya. The energy of the apprentice still goes into understanding what the topic is exactly about, which parameters are important, and which researchers played an important role in the development of the field and/or currently shape the field. However, the apprentice has developed a basic understanding of the topic.
  3. The sponge (Spons): Once you have gained the basic tools and understood the basic concepts, kita akan mencapai tahap di mana kita mulai menyerap informasi seperti spons. Kita mungkin akan mencatat cukup banyak, tetapi mulai membaca dengan lebih cepat daripada sebelumnya. The concepts finally seem familiar to you. Pada titik ini, saat kita mulai meningkatkan kecepatan, kita pun harus mulai mengarsip dan membangun database referensi penelitian kita secara baik. Pada tahapan spons ini, ketika kita membaca sebuah makalah, fokus kita sepenuhnya pada isi makalah itu sendiri. Kata si penulis buku, mode spons biasanya berlangsung beberapa bulan.
  4. The concluder: As a concluder, you start to engage with the scientific literature more directly. Once your brain has taken in the information from a fair number of papers, it starts to play a more active role. Kita mulai melihat kesamaan antara satu set makalah, dan mulai menarik beberapa kesimpulan dari apa yang telah kita baca sejauh ini. The concluder-stage is a good point to start writing about your observations and conclusions in your research journal.
  5. The interrelater: In the interrelater-stage, you start to put together information from the entire range over which you have been reading, across decades and disciplines. Kita mulai melihat dimana posisi penelitian kita dalam bidang yang kita pelajari. Kita juga mulai melihat bagaimana alat dan metode tertentu dari disiplin ilmu yang berbeda mungkin dapat bermanfaat untuk penelitian kita. Kelompok dan aliran pemikiran yang lebih besar muncul dan kita sekarang sepenuhnya terlibat dengan setiap dokumen yang kita baca. Sebagai pemula dan pemagang, kita duduk dan mendengarkan makalah. Sebagai interrelater, kita duduk dan bercakap-cakap dengan makalah!!
  6. The mongrel: Dr. Inger Mewburn described this stage of reading in a blog post, describing how with this method you simply go for what you need in a document. Saat kita membutuhkan informasi tertentu dari suatu makalah, kita dapat memahaminya dan mengambil apa yang kita butuhkan dengan cepat. Jika suatu topik tidak sepenuhnya menjadi fokus penelitian kita, tetapi ada beberapa bagian yang cukup menarik, kita dapat men-“scan” makalah-makalah ini dengan cepat dan “mencuri” bagian-bagian yang menarik.
    Kita bisa menggunakan “the quick-and-dirty approach” : baca abstrak dan kesimpulan, lihat gambar, dan telusuri awal dan akhir paragraf untuk menemukan apa yang berguna buat kita. With this method, you can tear through a paper in 15 to 20 minutes.
    Pada tahap ini, kita lebih berorientasi pada diri sendiri dan penelitian kita daripada pada isi makalah itu sendiri. Sebagai interrelater, kita sedang duduk dan bercakap-cakap dengan makalah, sementara sebagai mongrel, kita menerobos masuk ke dapur penulis, mengunyah sepotong kue besar, lalu pergi!!

 

As an interrelater, you were sitting down and having a conversation with a paper, while as a mongrel, you barge into the kitchen of the author, munch down a big piece of cake, and leave again.

 

Kira-kira, kamu ada di posisi yang mana ??

————–


Muhammad Fauzan
Jum’at, 29 Juli 2022
22.49 WIB

————–

* The purpose of the Doctoral Qualifying Exam is to evaluate the student’s ability to apply and synthesize the skills and knowledge acquired during graduate study. The exam is an important benchmark in a doctoral student’s progress towards candidacy. 

Masih Sering Overthinking? Mungkin Kamu Lupa yang Satu Ini!

Kamu bisa saja terperangkap dalam mode overthinking tanpa tau kapan hal ini akan berakhir. Padahal kamu bisa segera mengakhirinya hanya dengan mengingat satu hal ini.

Satu hal sederhana namun seringkali dilupakan, yaitu Lingkaran Kendali.

 

(Sumber gambar: hansontjung.com)

 

Kamu perlu membatasi waktumu untuk memikirkan hal-hal yang memang sudah sepatutnya dilepaskan.

Sebaliknya, fokuslah pada hal-hal yang berada dalam lingkaran kendalimu. Ubah apa yang bisa kamu ubah.

Berusaha mengendalikan yang tidak bisa dikendalikan hanya akan mendatangkan ketidakbahagiaan.

Sebaliknya, fokus mengupayakan yang bisa dikendalikan akan mendatangkan penerimaan dan kedamaian dalam diri.

 

————————————————————————————————————————————–

Sumber : Akun instagram: meaningful.me


Muhammad Fauzan
Rabu, 8 Desember 2021
10.34 WIB

Kamu Hidup Bukan untuk Mengesankan Orang Lain

      No Comments on Kamu Hidup Bukan untuk Mengesankan Orang Lain

Melakukan sesuatu hanya karena ingin membuat orang lain terkesan tidak akan ada habisnya.

Bayangkan berapa banyak orang yang harus kamu buat terkesan? Berapa banyak energi dan waktu yang kamu habiskan hanya untuk mengejar sebuah pengakuan? Apakah kamu bisa menjamin semua orang akan memberikan feedback sesuai yang kamu inginkan? Atau bahkan sebagian orang sebenarnya tidak benar-benar peduli?

Ketika kamu berhasil mengesankan banyak orang, mungkin kamu akan merasa puas dan bahagia pada awalnya, namun apakah perasaan itu berlangsung lama?

Coba tanyakan pagi pada dirimu sendiri, apakah kamu benar-benar bahagia? Atau sebenarnya malah merasa tertekan karena telah mempersulit diri sendiri?

Ketika kamu sudah melewati batas dan sulit merasa cukup, kamu akan semakin mudah terpuruk jika apa yang coba kamu kesankan tidak diakui. Kamu bahkan bisa saja malah menyalahkan dirimu sendiri atas hal itu.

Padahal, mau se-update apapun iphone kamu, semewah apapun mobil yang kamu punya atau sebanyak apapun orang yang menyukai postinganmu, kamu tidak bisa memaksa mereka untuk mengakuimu, itu sudah diluar kendalimu.

Jika punya iphone dan mobil mewah memang salah satu standar suksesmu, tidak apa-apa untuk berusaha mendapatkanya, namun lakukanlah untuk dirimu sendiri bukan semata untuk membuat orang lain terkesan.

 

(Sumber gambar: minimalistquotes.com)

 

Kehadiranmu di dunia ini penting, dirimu berharga, layak untuk dicintai dan diperlakukan dengan baik. Semuanya sudah dan akan selalu begitu tanpa perlu selalu mengesankan orang lain.

Kenali dirimu dan bersinarlah sebagai “kamu”, tanpa perlu berusaha untuk selalu membuat orang lain terkesan.

 

————————————————————————————————————————————–

Sumber : Akun instagram: meaningful.me


Muhammad Fauzan
Rabu, 1 Desember 2021
22.23 WIB

 

Hal-Hal yang Akan Kamu Sadari Ketika Dewasa

      No Comments on Hal-Hal yang Akan Kamu Sadari Ketika Dewasa

Ketika beranjak dewasa, kita akan dihadapkan dengan banyak ketidaknyamanan yang terkadang sampai memicu konflik batin hingga berdampak pada kestabilan mental kita.

Namun, semua proses ini tetap perlu kita lalui. Di balik segala bentuk ketidaknyamanannya, fase ini penuh dengan pelajaran berharga yang mampu mendewasakan.

Kamu tidak bisa terus menerus menyenangkan dan memuaskan semua orang. Kamu bukan manusia super, menegakkan batasan itu perlu dilakukan dan bukan tindakan egois.

Hidup akan terasa lebih tenang ketika kamu berhenti berekspektasi terlalu tinggi. Sebaliknya, fokus mengupayakan yang bisa dikendalikan akan mendatangkan penerimaan dan kedamaian dalam diri.

 

(Sumber gambar: mantraband.com)

 

Kamu tidak punya kewajiban untuk mengubah ataupun memperbaiki orang lain. Orang akan berubah jika ia memiliki kemauan sendiri untuk berubah.

Kamu masih manusia, jadi tidak apa-apa jika kamu tidak selalu baik-baik saja, pernah melakukan kesalahan atau berkali-kali mengalami kegagalan, kamu boleh belajar dari itu semua.

Kamu tidak harus menjadi sempurna untuk memperoleh kebahagaiaan. Kamu selalu bisa menciptakannya dengan caramu sendiri.

Tidak semua orang harus datang dan menetap dalam hidupmu, beberapa orang hanya akan singgah sementara waktu, dan itu tidak apa-apa.

Kamu akan mendapatkan segala sesuatu yang tepat di waktu yang tepat, tidak harus sekarang, tapi pasti akan ada waktunya untukmu.

 

————————————————————————————————————————————–

Kesempatan studi Doktoral jauh dari Jogja rasanya menjadi berkah bagi saya untuk bisa belajar banyak hal tentang kehidupan. Semi-Introvert seperti saya yang dari lahir, kecil, lalu sekolah dari TK, SD, SMP, SMA, sampai kuliah S1, S2, menikah, kemudian bekerja di Jogja juga, menjadikan ruang gerak dan lingkungan aktivitas yang sangat terbatas. Dalam tempurung, mungkin itu diksi yang tepat. Berada di tempat yang sepenuhnya baru, menjadi pengalaman pembelajaran kehidupan yang tak ternilai bagi saya.

Juga, menemukan pemikiran/filsafat Stoic dari buku Filosofi Terasnya Henry Manampiring menjadi “penyesalan terbesar” dalam hidup ini, “kenapa baru sekarang saya mengetahuinya?”, “dari dulu kemana aja?”. Omg.

Last but not least,
Ingatlah bahwa kamu akan mendapatkan segala sesuatu yang tepat di waktu yang tepat, tidak harus sekarang, tapi pasti akan ada waktunya untukmu.

AA (18), Serdos (20), L300 (21), Dr. (24?), LK550 (26?), lalu … GB!

————————————————————————————————————————————-

Sumber tulisan : Akun instagram: meaningful.me

 


Muhammad Fauzan
Rabu, 1 Desember 2021
21.24 WIB

Bagaimana Upgrading dalam Rantai Nilai Agribisnis Bermanfaat bagi Petani Kecil? – [Seri Tulisan Rantai Nilai Agribisnis)

Untuk dapat meningkatkan kinerja keseluruhan rantai nilai agribisnis, kita perlu menentukan tingkatan dalam rantai nilai yang paling efektif untuk ditingkatkan. Bila upgrading harus dilakukan di lebih dari satu tempat pada rantai nilai, kita perlu melihat dimana upgrading ini akan menghasilkan dampak terbaik dan bermanfaat bagi petani kecil.

Bush et al. (2019) menyatakan bahwa rantai nilai bisa dipandang sebagai cara untuk mencapai tujuan normatif, seperti pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, pemberian manfaat bagi kelompok tertentu di masyarakat, dan sebagainya. Tujuan-tujuan ini dapat dicapai melalui dukungan teknis dan upgrading pada titik-titik kunci di sepanjang rantai nilai.

Setidaknya ada 2 (dua) tujuan akhir dalam peningkatan rantai nilai untuk kaum miskin, termasuk petani kecil. Pertama, meningkatkan keseluruhan jumlah dan nilai produk yang dijual kaum miskin di dalam rantai nilai. Hal ini akan mengakibatkan diperolehnya pendapatan absolut yang lebih tinggi bagi kaum miskin, termasuk petani kecil, serta bagi para pelaku lainnya dalam rantai nilai. Tujuan kedua adalah mempertahankan bagian kaum miskin dalam sektor tersebut atau meningkatkan margin per produk sehingga petani kecil tidak hanya memperoleh pendapatan absolut namun sekaligus pendapatan relatif dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan para pelaku lain dalam rantai nilai.

Secara khusus, Porter (1985) memfasilitasi penilaian sistematis tentang karakteristik unik apa yang dimiliki atau dapat dikembangkan perusahaan untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang memungkinkannya untuk secara menguntungkan menjual produk dengan kualitas yang sama dengan harga lebih rendah atau untuk menjual produk yang dibedakan lebih dari pesaingnya. Rantai nilai ala Porter adalah alat strategi bisnis yang tujuan utamanya adalah untuk membantu para manajer memutuskan bagaimana cara secara menguntungkan meningkatkan daya saing perusahaan.

(Sumber gambar : jobstreet.co.id)

 

Untuk menganalisis sejauh mana upgrading dapat bermanfaat bagi petani kecil, setidaknya ada 4 langkah yang harus dilakukan agar tujuan-tujuan diatas dapat dicapai:

  1. Menganalisis variasi/perbedaan dalam pengetahuan, ketrampilan, dan teknologi dalam berbagai proses yang berbeda dalam rantai nilai.
    Pada setiap proses dalam rantai nilai, tingkat pengetahuan dan teknologi yang digunakan akan dipetakan untuk berbagai pengguna yang berbeda, dengan fokus pada pengguna miskin dan non miskin.
  2. Mengidentifikasi rantai pasar yang berbeda berdasarkan pengetahuan, ketrampilan, dan teknologi yang diterapkan serta tingkat kualitas yang dicapai.
    Pada banyak rantai nilai, terdapat saluran pasar yang berbeda-beda, yang seringkali terkait dengan nilai dan konsumen akhir yang menggunakan produk. Dengan menganalisis berbagai saluran yang berbeda ini serta teknologi dan pengetahuan yang digunakan dalam saluran tersebutm kita dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang berbagai kegiatan yang melibatkan petani kecil.
  3. Mengidentifikasi peluang upgrading untuk meningkatkan rantai pasar.
    Pada tahap ini, dilakukan analisis atas berbagai solusi upgrading yang mungkin dilakukan, khususnya bagi petani kecil.Berbagai tipologi upgrading telah digunakan untuk menganalisis bagaimana proses peningkatan terjadi. Salah satunya adalah pembedaan jenis upgrading menjadi 4 (empat), yaitu:

    1. Upgrading produk, mengacu pada diperkenalkannya produk-produk baru atau penyempurnaan produk lama.
    2. Upgrading proses, mengubah input menjadi output secara lebih efisien dengan mengatur ulang sistem produksi atau menggunakan teknologi yang lebih unggul.
    3. Upgrading fungsional, mengacu pada pertanyaan dasar tentang kegiatan mana yang harus mendapat konsentrasi penuh dari para pelaku dalam rantai atau adanya fungsi baru yang lebih unggul dalam rantai.
    4. Upgrading rantai (chain), menggunakan kompetensi yang diperoleh dalam rantai tertentu untuk pindah ke sektor baru.
      Dalam melihat upaya peluang upgrading, kita perlu melihat dampak upgrading tersebut pada keseluruhan rantai nilai. Untuk dapat meningkatkan kinerja keseluruhan rantai nilai, kita perlu menentukan tingkatan mana dalam rantai nilai yang paling efektif untuk ditingkatkan. Bila upgrading harus dilakukan di lebih dari satu tempat pada rantai nilai, kita perlu melihat di mana upgrading ini akan menghasilkan dampak terbaik bagi kaum miskin, utamanya petani kecil.
  4. Menganalisis opsi-opsi yang berada dalam jangkauan petani kecil.
    Pada tahap ini, fokus analisis berubah untuk melihat opsi-opsi upgrading yang dapat dijangkau oleh petani kecil. Ada banyak aspek yang dapat dipertimbangkan ketika kita memutuskan opsi peningkatan apa yang dapat dijangkau petani kecil. Berbagai isu penting yang perlu dipetimbangkan dalam memilih opsi upgrading yang potensial bagi petani kecil, diantaranya adalah kapasistas bereaksi pada perubahan permintaan, peran lembaga setempat dalam litbang dan inovasi, aliran informasi, sosialisasi, dan lain-lain.

Pada banyak rantai nilai agribisnis, kurangnya layanan yang bertujuan untuk membantu upaya upgrading bagi petani kecil seringkali menjadi hambatan besar pada kemungkinan peningkatan rantai. Penyedia layanan untuk peningkatan ketrampilan, pengetahuan, dan teknologi perlu dianalisis secara seksama agar layanan yang ditawarkan sesuai dengan kapasitas petani kecil.


Muhammad Fauzan
Rabu, 14 Juli 2021
20.59 WIB