6 Tahapan Membaca Literatur Akademis, Kamu di Posisi Mana?

Setelah menyelesaikan Ujian Kualifikasi Doktor (Doctoral Qualifying Exam*) di pertengahan Juli 2022 ini, sambil menunggu hasilnya, saya harus bersiap menuju tahapan panjang berikutnya yaitu developing my literature review. Tahap ini setidaknya memerlukan 2 pekerjaan besar di awal, yaitu : (1) mencari referensi terkait topik penelitian kita sebanyak mungkin, dan (2) you should read both broadly and deeply. You need to gain an understanding of your research topic in depth, so you should study the references that are important in your field in a detailed way.

Wadidaw jiwa!

Terkait poin nomor (2) diatas, ada hal yang menarik, seperti yang disampaikan oleh Eva O.L. Lantsoght dalam bukunya yang keren: The A-Z of the PhD Trajectory A Practical Guide for a Successful Journey (2018) bahwa ada berbagai cara didalam kita membaca literatur akademis. Hal ini bergantung pada sejauh mana pengalaman kita berinteraksi dengan literatur akademis itu sendiri. Si penulis buku membaginya menjadi enam pendekatan atau enam tahapan dalam membaca academic literature :

  1. The novice (Pemula): The novice has just started to explore the scientific literature on a certain topic, or is perhaps even completely new to reading technical papers at all. Sebagai pemula, kita mungkin akan menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk mengerjakan makalah pertama tentang topik penelitian kita. Kita membaca dan terus membacanya berulang hampir setiap kalimat, dan mungkin masih merasa tidak sepenuhnya paham tentang isinya. Duh!
    Biasanya sih akan terlintas pikiran : Kita ragu apakah kita sebenarnya memenuhi syarat untuk melakukan penelitian tentang topik ini. Tapi tenang aja, itu adalah hal yang wajar. Hold on tight, keep working, keep scribbling down notes, and see where it takes you.
  2. The apprentice (Magang): Setelah menjadi pemula untuk sementara waktu, kita akan mencapai titik di mana kita akhirnya mulai memahami topik penelitian dan mempelajari konsepnya. The energy of the apprentice still goes into understanding what the topic is exactly about, which parameters are important, and which researchers played an important role in the development of the field and/or currently shape the field. However, the apprentice has developed a basic understanding of the topic.
  3. The sponge (Spons): Once you have gained the basic tools and understood the basic concepts, kita akan mencapai tahap di mana kita mulai menyerap informasi seperti spons. Kita mungkin akan mencatat cukup banyak, tetapi mulai membaca dengan lebih cepat daripada sebelumnya. The concepts finally seem familiar to you. Pada titik ini, saat kita mulai meningkatkan kecepatan, kita pun harus mulai mengarsip dan membangun database referensi penelitian kita secara baik. Pada tahapan spons ini, ketika kita membaca sebuah makalah, fokus kita sepenuhnya pada isi makalah itu sendiri. Kata si penulis buku, mode spons biasanya berlangsung beberapa bulan.
  4. The concluder: As a concluder, you start to engage with the scientific literature more directly. Once your brain has taken in the information from a fair number of papers, it starts to play a more active role. Kita mulai melihat kesamaan antara satu set makalah, dan mulai menarik beberapa kesimpulan dari apa yang telah kita baca sejauh ini. The concluder-stage is a good point to start writing about your observations and conclusions in your research journal.
  5. The interrelater: In the interrelater-stage, you start to put together information from the entire range over which you have been reading, across decades and disciplines. Kita mulai melihat dimana posisi penelitian kita dalam bidang yang kita pelajari. Kita juga mulai melihat bagaimana alat dan metode tertentu dari disiplin ilmu yang berbeda mungkin dapat bermanfaat untuk penelitian kita. Kelompok dan aliran pemikiran yang lebih besar muncul dan kita sekarang sepenuhnya terlibat dengan setiap dokumen yang kita baca. Sebagai pemula dan pemagang, kita duduk dan mendengarkan makalah. Sebagai interrelater, kita duduk dan bercakap-cakap dengan makalah!!
  6. The mongrel: Dr. Inger Mewburn described this stage of reading in a blog post, describing how with this method you simply go for what you need in a document. Saat kita membutuhkan informasi tertentu dari suatu makalah, kita dapat memahaminya dan mengambil apa yang kita butuhkan dengan cepat. Jika suatu topik tidak sepenuhnya menjadi fokus penelitian kita, tetapi ada beberapa bagian yang cukup menarik, kita dapat men-“scan” makalah-makalah ini dengan cepat dan “mencuri” bagian-bagian yang menarik.
    Kita bisa menggunakan “the quick-and-dirty approach” : baca abstrak dan kesimpulan, lihat gambar, dan telusuri awal dan akhir paragraf untuk menemukan apa yang berguna buat kita. With this method, you can tear through a paper in 15 to 20 minutes.
    Pada tahap ini, kita lebih berorientasi pada diri sendiri dan penelitian kita daripada pada isi makalah itu sendiri. Sebagai interrelater, kita sedang duduk dan bercakap-cakap dengan makalah, sementara sebagai mongrel, kita menerobos masuk ke dapur penulis, mengunyah sepotong kue besar, lalu pergi!!

 

As an interrelater, you were sitting down and having a conversation with a paper, while as a mongrel, you barge into the kitchen of the author, munch down a big piece of cake, and leave again.

 

Kira-kira, kamu ada di posisi yang mana ??

————–


Muhammad Fauzan
Jum’at, 29 Juli 2022
22.49 WIB

————–

* The purpose of the Doctoral Qualifying Exam is to evaluate the student’s ability to apply and synthesize the skills and knowledge acquired during graduate study. The exam is an important benchmark in a doctoral student’s progress towards candidacy. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *